Senin, 09 Juni 2008

PECAH KETUBAN
Satu lagi tanda yang menyertai persalinan adalah pecahnya ketuban. Janin dibungkus oleh selaput ketuban (korioamnion). Di dalamnya, terdapat cairan ketuban yang merupakan bantalan (bemper) bagi janin. "Fungsinya melindungi janin, juga agar janin bisa bergerak bebas, terhindar dari trauma dari luar, dan sebagainya."

Yang dimaksud pecahnya ketuban adalah keluarnya cairan ketuban dari jalan lahir. "Ada aliran cairan ketuban yang keluar dari jalan lahir, biasanya terjadi sebelum nyeri persalinan," kata Sugi. Ini bisa terjadi kapan saja, penyebabnya pun macam-macam. "Bisa karena trauma, infeksi, karena locus minoris (bagian tipis ketuban) berlubang dan pecah." Jika ketuban sudah pecah, berarti sudah ada hubungan dunia luar dengan janin. Akibatnya, kuman bisa masuk. "Oleh karena itu, tak boleh menunggu terlalu lama. Hanya boleh paling lama 12 jam, setelah itu harus dilakukan tindakan untuk mengeluarkan janin."

KLIK - Detail Pecah ketuban yang terjadi sebelum nyeri persalinan disebut Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) atau Ketuban Pecah Dini (KPD). "Ini merupakan tanda-tanda persalinan. Jika ibu mendapatkan tanda-tanda ini, sebaiknya segera hubungi dokter. Apalagi bila usia kehamilan sudah di atas 37 minggu."

Di luar negeri, sudah tersedia celana dalam (underpants) khusus yang bisa membaca, apakah sudah terjadi pecah ketuban atau belum. Kalau warna celana berubah, berarti terjadi pecah ketuban. Celana dalam seperti ini memudahkan calon ibu untuk memutuskan kapan waktu yang tepat untuk segera ke rumah sakit.

KAPAN KE RUMAH SAKIT?

Prinsipnya, ibu hamil harus segera ke rumah sakit bila sudah muncul tanda-tanda persalinan, atau ada tanda-tanda yang tidak lazim, seperti:
" Bila terjadi nyeri perut secara teratur (minimal 1 menit 1 kali), disertai pengeluaran darah campur lendir (bloody show).
" Bila terjadi pecah ketuban, meski belum merasa mulas dan keluar lendir bercampur darah.
" Bila terjadi perdarahan, sekalipun belum muncul rasa nyeri.
" Bila terjadi sakit perut hebat di luar kontraksi. Ada kemungkian terjadi lepas plasenta.
:
SYARAT ANESTESI EPIDURAL
Nyeri persalinan atau his terkadang tak tertahankan. Untuk mengatasinya, kini banyak cara yang bisa dilakukan, misalnya dengan teknik anestesi. Salah satunya anestesi epidural. "Biasanya dilakukan pada pembukaan di atas 3-4 cm," jelas Sugi.

Akan tetapi, Sugi mengingatkan, setiap tindakan pasti ada efek samping dan risikonya. "Karena tidak merasa nyeri, kadang-kadang ibu hamil tidak bisa merasakan, bahkan mungkin terjadi robekan rahim pun tidak ketahuan, tahu-tahu terjadi perdarahan hebat. Oleh karena itu,
misalnya jika terjadi CPD, tidak dilakukan anestesi epidural."

Efek lain adalah tidak muncul "ajakan" mengejan spontan yang biasanya menyertai tanda-tanda persalinan. "Biasanya, jika sudah bukaan lengkap, ibu hamil ingin buang air besar secara refleks. Nah, karena diepidural, ia jadi enggak merasa kapan harus mengejan."

Oleh sebab itu, seandainya ingin merencanakan tindakan anestesi epidural, yang paling penting adalah persiapan dari awal. "Tidak bisa minta epidural begitu persalinan mulai berlangsung. Kalau ingin epidural, harus melakukan persiapan sejak awal. Misalnya, melakukan senam hamil, sehingga tahu cara mengejan. Kalau tidak tahu kapan harus mengejan, persalinan terpaksa harus dibantu penolong, misalnya dengan vacuum, dan sebagainya."

1 komentar:

Zahedi mengatakan...

lebih banyak lebih baik